TUGAS SOFTSKILL
Translasi Mata Uang Asing
NAMA
: DEWI TRISNANINGRUM
NPM
: 22213305
KELAS
: 4EB02
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2017
Pengertian Translasi atau
Translation
Pengertian Translasi atau
Translation adalah proses pernyataan kembali informasi laporan keuangan dari
satu mata uang ke mata uang lain. Isu kurs dikombinasikan dengan berbagai
metode translasi yang dapat digunakan dan perlakuan “Laba/Rugi” translasi yang
berbeda membuat perbandingan hasil-hasil laporan keuangan dari satu perusahaan
ke perusahaan lain atau perusahaan yang sama dalam periode yang berbeda menjadi
hal yang sulit. (Lana Sularto).
Translasi mata uang asing adalah
proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.
Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan
gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional
perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang
asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan.
Transaksi mata uang bisa terjadi
langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap. Kurs pasar spot
dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan tingkat inflasi antar
negara, perbedaan pada saham nasional, dan ekspektasi mengenai arah tingkat
mata uang selanjutnya. Kurs ini bersifat langsung atau tidak langsung.
Kurs pada pasar forward adalah
persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang yang telah ditetapkan
untuk masa yang akan datang. Transaksi pada pasar forward
mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot, atau sebagai tingkat palsu
pasar forward.
Transaksi kurs swap melibatkan
pembelian spot dan penjualan forward yang simultan, atau penjualan spot dan
pembelian forward mata uang.
Pada perspektif transaksi ganda,
penerimaan piutang mempertimbangkan kejadian yang terpisah dari penjualan yang
memberikan tambahan pendapatan.
Pendekatan akuntansi untuk
penyesuaian translasi mata uang asing, yaitu:
·
Penangguhan
·
Penangguhan dan Amortisasi
·
Penangguhan Sebagian
·
Tidak Ada Penangguhan
Permasalahan
Perhitungan
Para
pengguna akun gabungan harus mengerti beberapa permasalahan jika mereka ingin
menginterpretasikan dengan tepat efek keuangan akibat translasi mata uang
asing. Beberapa permasalahan tersebut adalah:
·
Perspektif Laporan
·
Harga Perolehan
·
Konsep Pendapatan
·
Laba Terkelola
Tiga alasan tambahan dilakukannya translasi mata uang asing,
yaitu:
1.
Mencatat transaksi mata uang asing;
2.
Memperhitungkan efeknya perusahaan
terhadap translasi mata uang; dan
3.
Berkomunikasi dengan peminat saham
asing
Latar Belakang dan Terminologi
Transaksi
mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap.
·
Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai
faktor, termasuk juga perbedaan tingkat inflasi antar negara, perbedaan pada
saham nasional, dan ekspektasi mengenai arah tingkat mata uang selanjutnya.
Kurs ini bersifat langsung atau tidak langsung.
·
Kurs pada pasar forward adalah
persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang yang telah ditetapkan
untuk masa yang akan datang. Transaksi pada pasar forward mendapatkan potongan
atau premi dari pasar spot, atau sebagai tingkat palsu pasar forward.
·
Transaksi kurs swap melibatkan
pembelian spot dan penjualan forward yang simultan, atau penjualan spot dan
pembelian forward mata uang.
Efek
Laporan Keuangan Terhadap Kurs Alternatif Translasi Mata Uang Asing
Tiga kurs translasi yang digunakan untuk mentranslasikan
maraca mata uang asing terhadap mata uang domestik yaitu:
·
Kurs
saat ini, kurs yang berlaku pada tanggal laporan keuangan.
·
Kurs
historis, translasi mata uang yang berlaku saat aseets dengan mata uang pertama
kali didapatkn atau saat kewajiban dengan mata uang asing pertama kali muncul.
·
Kurs rata rata, nilai rata-rata biasa
atau dengan pembobotan baik pada kurs historis atau saat ini.
Translasi
Mata Uang Asing Dan Inflasi
Hubungan terbalik antara tingkat
inflasi sebuah negara dengan nilai eksternal mata uangnya telah ditunjukkan
secara empiris. Sehingga penggunaan kurs saat ini untuk mentranslasikan biaya
asset nonmoneter yang bertempat dalam kondisi yang cenderung berinflasi akan
menghasilkan padanannya mata uang domestic jauh di bawah nilai aslinya.
Penggunaan kurs kini untuk
mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan
berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang
domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat
yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan
dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu
dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada
pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba
akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio
pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar
negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi,
karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian
biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai
solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional
untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi.
Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam
mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs
historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing
terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan
terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat
dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
Evaluasi
dan pemilihan metode translasi mata uang asing
Metode
konversi mata uang diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi
mata uang, yaitu :
1.
Metode Current/Non current
Metode ini merupakan metode yang
paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset
dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata
uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun.
Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya
depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset
diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang
perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam
mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat
devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja
ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan
(translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Namun demikian, metode ini tidak
mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk
mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas,
piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai
tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang
berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi
kedalam tahun penyelesaian.
2.
Metode Monetary/non monetary
Asset moneter (terutama kas,
surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban
moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs
saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan
investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi
dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos
penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter.
Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos
dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang
berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu
diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema
neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan
hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena
menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya
penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.
3.
Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal,
translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang
nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan
hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing
menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan
penilaian sesungguhnya.
Metode ini merupakan modifikasi dari
metode moneter/non moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non moneter,
persediaan (inventory) selalu dikonversi dengan kurs histories. Sedang dalam
metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs histories, namun
bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat
dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih
menekankan pada evalusai biaya (histories ataukah pasar).
Pos-pos dalam laporan laba/rugi
umumnya dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya
penjualan, cicilan utang, dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam
neraca dikonversi dengan kurs histories (harga di masa lalu).
4.
Metode Current rate
Metode ini merupakan metode yang
paling mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat
ini. Metode ini direkomendasi oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan
Wales, serta secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan
metode ini, bila asset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam
valas, suatu devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini
adalah mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang
dinyatakan dengan kurs saat ini.
Transaksi
dengan mata uang asing
Ciri
utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesainnya
dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing
terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan
pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan
meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.
Suatu
transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi
diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Untuk memahami mengapa hal ini
terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata uang fungsional. Mata uang
fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi
yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu
operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi
dalam Negara asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk
distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam
mata uang local (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang local
(contoh euro untuk anak perusahaan dari suatu perusahaan AS yang berada di
Belgia) adalah mata uang fungsionalnya.
Untuk
menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu
mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak
perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari Republik
Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak
perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur
transaksi mata uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS,
mata uang yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk
perusahaan, kewajiban anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi
diukur dalam dollar AS, mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi.
Perspektif Transaksi Tunggal
Berdasarkan perspektif transaksi tunggal, penyesuaian nilai tukar diperlakukan
sebagai penyesuaian terhadap akun-akun transaksi yang awal berdasarkan premis
bahwa suatu transaksi dan penyelesaiannya merupakan suatu peristiwa tunggal.
Perspektif Dua Transaksi
Berdasarkan perspektif dua transaksi, penagihan piutang dalam krona dianggap
sebagai peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang
tersebut. Penggunaan metode dua transaksi untuk mencatat transaksi dalam mata
uang asing. Keuntungan dan kerugian dari transaksi yang sudah selesai dan belum
diselesaikan dimasukkan dalam penentuan laba. Pengecualian utama terhadap
ketentuan yang terjadi: (1) Penyesuaian nilai tukar berkaitan dengan transaksi
antarperusahaan jangka panjang tertentu dan (2) transaksi tersebut dimaksudkan
dan berfungsi efektif sebagai lindung nilai atas investasi dan komitmen mata
uang asing.
Keuntungan dan Kerugian Translasi
Mata Uang Asing
PSAK
No.10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian akibat translasi haru dinyatakan
dalam perhitungan laba rugi periode dimana kurs mengalami perubahan. Bila
timbul nya dan penyelesaiannya suatu transaksi berada dalam suatu periode
akuntansi yang sama maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut.
namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam periode
transaksi maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode dengan
memperhitungkan penambahan kurs untuk masing-masing periode.
Secara
internasional, perlakuan akuntansi atas penyesuaian-penyesuaian tersebut juga
berbeda seperti halnya prosedur translasi. Pendekatan-pendekatan atas
penyesuaian translasi berkisar dari penanguhan hingga tidak ada penangguhan.
Pendekatan akuntansi untuk
penyesuaian translasi mata uang asing, yaitu:
1. Penangguhan
Dikeluarkannya penyesuaian translasi
dari laba periode sekarang umumnya dianjurkan karena penyesuaian ini hanyalah
hasil dari proses penyajian ulang. Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik
dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak
berpengaruh terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas
asing. Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan jika memasukan penyesuaian
seperti itu ke dalam laba sekarang. Berdasarkan keadaan ini, penyesuaian
translasi harus diakumulasi secara terpisah sebagai bagian ekuitas konsolidasi.
2. Penangguhan
dan Amortisasi
Beberapa pihak mendukung penangguhan
keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini
selama masa manfaat pos-pos neraca terkait.
3. Penangguhan
Sebagian
Pilihan ketiga dalam akuntansi ntuk
keuntungan atau kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera
mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah
direalisasikan. Meskipun terdengar konservatif, penangguhan keuntungan
translasi semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya
perubahan kurs.
4. Tidak Ada
Penangguhan
Pilihan terakhir adalah untuk mengakui
keuntungan atau kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin,
pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apa pun bersifat palsu dan
cenderung menyesatkan.
Perkembangan Akuntansi Translasi
Mata Uang Asing
Beberapa
perspektif historis tentang akuntansi translasi mata uang asing di Negara
Amerika, sebagai berikut:
1. Pra-1965
Sebelum
1965 praktik translasi mata uang asing pada banyak perusahaan AS dipandu oleh
Bab 12 Accounting Research Bulletin No.43. Pernyataan tersebut mengadvokasi
metode current-noncurrent. Keuntungan dan kerugian transaksi ditambahkan secara
langsung terhadap pendapatan. Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
dimasukkan ke dalam keuntungan selama periode yang ada. Kerugiannya diakui
dalam pendapatan lancar.
2. 1965-1975
ARB No.43
memperoleh beberapa pengecualian khusus dalam metode current-noncurrent. Dalam
keadaan khusus persediaan dapat ditranslasikan dengan kurs historis. Lebih
jauh, translasi mata uang asing seluruh pembayaran dan penerimaan mata uang
asing pada kurs saat ini tersebut diperbolehkan setelah accounting principles
board opinion No.6 dikeluarkan pada tahun 1965. Perusahaan tersebut memberikan
pilihan translasi mata uang asing lain bagi perusahaan dalam ARB No.43.
3. 1975-1981
Untuk
mengakhiri perbedaan metode pada standar translasi mata uang asing sebelumnya,
Financial acccounting Standards board (FASB) mengeluarkan FAS No.8 pada tahun
1975. Pernyataan ini secara segnifikan mengubah praktik perusahaan asing AS
dalam memasukkan GAAP AS dengan menerima metode translasi mata uang asing kurs
sementaraFAS No. 8 ternyata kontroversial. Sementara beberapa menghargai usulan
yang teoritis, banyak yang tidak menyetujui atas ditorsi yang ditimbulkan dalam
pendapatan perusahaan.
4. 1981-Sekarang
Pada bulan
mei 1978, FASB mengundang komentar masyarakat tentang 12 keputusan pertamanya.
FASB mempertimbangkan FAS No.8 dan setelah beragam public meeting dan dua penjelasan
berkas, akhirnya mengeluarkan statement of Financial Accounting Standards No.52
pada tahun 1981.
Gambaran Standar NO. 52/Standar
Akuntansi Internasional 21
Tujuan translasi mata uang asing dalam FAS No.8 berbeda
secara substansi dari FAS No.52 FAS No.8, mengadopsi perspektif induk
perusahaan dengan memberi syarat bahwa laporan keuangan mata uang asing
dipresentasikan jika seluruh transasi mengikuti mata uang yang digunakan induk
perusahaan. Lebih jauh, mata uang fungsional menunjukkan pilihan metode
translasi mata uang asing yang digunakan untuk tujuan usaha gabungan dan
disposisi keuntungan dan kerugian nilai tukar.
Translasi
saat Mata Uang Lokal adalah Mata Uang Fungsional
Jika mata
uang fungsional merupakan mata uang asing yang digunakan dalam
catatan entitas asing,laporan keuangan ditranslasikan kedalam dolar dengan
menggunakan metode kurs kini.Keuntungan atau kerugian translasi yang timbul
diungkapkan sebagai komponen yang terpisah.
Prosedur kurs saat ini yang
digunakan adalah:
a. Seluruh asset dan kewajiban asing yang ditranslasikan
terhadap dolar menggunakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal neraca; akun
modal ditranslasikan pada kurs historis.
b. Pendapatan dan beban ditranslasikan menggunakan nilai tukar
yang berlaku pada waktu transaksi, walaupun nilai tukar rata-rata tambahan
dapat digunakan untuk kelayakan.
c. Keuntungan dan kerugian dilaporkan dalam komponen ekuitas
gabungan pemegang saham yang terpisah. Penyesuaian nilai tukar tersebut tidak
dimasukkan ke dalam laporan laba-rugi hingga operasional luar negeri telah
terjual atau investasi telah diputuskan tidak bernilai.
Translasi
saat Mata Uang Induk Perusahaan($) adalah Mata Uang Fungsional
Apabila
dolar AS merupakan mata uang fungsional suatu entitas asing, maka laporan
keuangan dalam mata uang asing diukur ulang kedalam dolar dengan menggunakan
metode temporal. Seluruh keuntungan dan kerugian translasi yang berasal dari
proses translasi dimasukkan dalam penentuan laba periode berjalan.
a. Aset dan kewajiban serta nonmoneter bernilai pada harga
pasar saat itu ditranslasikan menggunakan nilai tukar yang berlaku pada saat
laporan keuangan; item nonmoneter lainnya dan modal ditranslasikan pada kurs
historis.
b. Pendapatan dan beban ditranslasikan menggunakan nilai tukar
rata-rata untuk periode kecuali item yang berhubungan dengan item nonmoneter
(contoh: biaya penjualan dan beban depresiasi), yang ditranslasikan menggunakan
kurs historis.
c. Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
direfleksikan dalam pendapatan lancar.
Translasi
saat Mata Uang Asing adalah Mata Uang Fungsional
Apabila mata uang fungsionalnya adalah mata uang asing
lainnya. Usaha gabungan asing mungkin akan tetap mencatat pembukuannya dalam
satu mata uang asing saat mata uang fungsionalnya adalah mata uang asing lain. Dalam
situasi ini laporan keuangan pertama - tama disajikan ulang dari mata uang
lokal kedalam mata uang fungsionalnya (metode temporal/kurs sementara) dan
kemudian ditranslasikan kedalam dolar AS dengan menggunakan metode kurs kini.
Pengecualian dalam metode kurs kini
adalah untuk anak perusahaan yang berlokasi di tempat-tempat yang memiliki
tingkat inflasi kumulatif selam 3 tahun berturut-turut.Dalam kondisi
hiperinflasi seperti itu nilai dolar dianggap sebagai mata uang fungsional,
sehingga menggunakan metode translasi temporal. Jika suatu entitas memiliki
lebih dari satu operasi yang terpisah dan dapat dipisahkan,setiap operasi dapat
dianggap sebagai entitas terpisah dengan mata uang fungsionalnya sendiri.
Mata uang asing berarti semua mata
uang selain mata uang negara yang bersangkutan atau semua mata uang selain mata
uang fungsional dari suatu entitas. Mata uang lokal adalah mata uang dari
negara tertentu atau mata uang yang dinyatakan dalam kegiatan domestik maupun
luar negeri dari negara yang bersangkutan. Mata uang fungsional adalah mata
uang yang berlaku di wilayah utama perusahaan.
Sekali mata uang fungsional untuk
sebuah entitas asing telah ditetapkan FAS No. 52 mengharuskan mata uang
tersebut digunakan secara konsisten kecuali jika terjadi perubahan dalam
keadaan ekonomi mengindikasikan bahwa mata uang fungsional telah berubah.
Kurs Kini Yang Tepat
Sejauh ini kurs nilai tukar yang sering digunakan dalam metode translasi adalah
kurs historis dan kurs kini (sekarang). Kurs rata-rata sering digunakan dalam
laporan laba rugi untuk pos-pos beban. Beberapa negara menggunakan kurs nilai
tukar yang berbeda untuk translasi yang berbeda. Dalam situasi ini harus
dipilih bebrapa kurs nilai tukar yang ada. Alternatif yang disarankan adalah :
1. Kurs pembayaran deviden
2. Kurs pasar bebas
3. Kurs penalti atau preferensi yang dapat digunakan,
seperti yang terkait dengan kegiatan impor ekspor.
Kurs pasar
bebas lebih disukai dengan satu pengecualian apabila terdapat kontrol nilai
tukar khusus (terdapat beberapa jenis dana yang secara pasti telah dialokasikan
untuk transaksi tertentu dengan kurs nilai tukar valuta asing yang khusus
berlaku), kurs yang berlaku tersebut harus digunakan. Kurs nilai tukar dalam
pasar bebas pada akhir tahun selanjutnya harus diterapkan untuk saldo akun kas
keluar negeri.
Translasi
Mata Uang Asing di Negara Lain
1.
Kanada
Institut akuntan bersertifikat di Kanada (CICA), Badan Standar Akuntansi di Inggris dan Badan Standar Akuntansi International seluruhnya berpartisipasi dalam penyusunan FAS No. 52. Perbedaan utama antara standar di kanada (CICA 1650) dan FAS No. 52 menyangkut utang jangka panjang dalam mata uang asing. Di Kanada keuntungan dan kerugian translasi ditangguhkan dan diamortisasi.
Institut akuntan bersertifikat di Kanada (CICA), Badan Standar Akuntansi di Inggris dan Badan Standar Akuntansi International seluruhnya berpartisipasi dalam penyusunan FAS No. 52. Perbedaan utama antara standar di kanada (CICA 1650) dan FAS No. 52 menyangkut utang jangka panjang dalam mata uang asing. Di Kanada keuntungan dan kerugian translasi ditangguhkan dan diamortisasi.
2.
Inggris
Perbedaan utama standar di Inggris dan di AS berkaitan dengan anak perusahaan yang berdiri sendiri di negara–negara yang mengalami hiperinflasi. Laporan keuangan pertama - tama harus disesuaiakan terhadap tingkat harga kini dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
Perbedaan utama standar di Inggris dan di AS berkaitan dengan anak perusahaan yang berdiri sendiri di negara–negara yang mengalami hiperinflasi. Laporan keuangan pertama - tama harus disesuaiakan terhadap tingkat harga kini dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
3.
Australia
Australia mengharuskan penilaian kembali aktiva tidak lancar non moneter untuk anak perusahaan di negara-negara yang berinflasi tinggi sebelum dilakukan translasi.
Australia mengharuskan penilaian kembali aktiva tidak lancar non moneter untuk anak perusahaan di negara-negara yang berinflasi tinggi sebelum dilakukan translasi.
4.
SelandiaBaru
Pada dasarnya sama dengan Australia, Selandia Baru juga mengharuskan metode translasi moneter–non moneter untuk anak perusahaan yang operasinya terintegrasi induk perusahaannya
Pada dasarnya sama dengan Australia, Selandia Baru juga mengharuskan metode translasi moneter–non moneter untuk anak perusahaan yang operasinya terintegrasi induk perusahaannya
5.
Jepang
Pada saat ini Jepang telah mengubah standarnya dengan mengharuskan metode kurs kini disegala keadaan dengan penyesuain translasi yang disajikan pada neraca dalam ekuitas pemegang saham. Jumlah perusahaan melakukan pencatatan saham secara internasional dan mengikuti IAS, atau sekarang disebut IFRS, semakin meningkat dan bursa efek di seluruh dunia berada di bawah tekanan yang semakin meningkat untuk menggunakan IFRS sebagai pengganti standar domestik untuk pencatatan saham perusahaan-perusahaan asing. Di AS perusahan-perusahaan asing diperbolehkan untuk menggunakan standar internasional (IAS 21) dan bukan standar AS (FAS No.52) dalam masalah translasi mata uang asing.
Pada saat ini Jepang telah mengubah standarnya dengan mengharuskan metode kurs kini disegala keadaan dengan penyesuain translasi yang disajikan pada neraca dalam ekuitas pemegang saham. Jumlah perusahaan melakukan pencatatan saham secara internasional dan mengikuti IAS, atau sekarang disebut IFRS, semakin meningkat dan bursa efek di seluruh dunia berada di bawah tekanan yang semakin meningkat untuk menggunakan IFRS sebagai pengganti standar domestik untuk pencatatan saham perusahaan-perusahaan asing. Di AS perusahan-perusahaan asing diperbolehkan untuk menggunakan standar internasional (IAS 21) dan bukan standar AS (FAS No.52) dalam masalah translasi mata uang asing.
REFERENSI
:
- Frederick D.S Choi, Gary K. Meek, International Accounting, Buku 1 Edisi 6, Penerbit: Salemba Empat
- Diakses pada tanggal 10 April 2017, pukul 20.00 wib http://maristafitri.blogspot.co.id/2015/05/translasi-mata-uang-asing-akuntansi.html
- Diakses pada tanggal 10 April 2017, pukul 20.20 wib http://rifkahendrawansavitri.blogspot.co.id/2016/04/translasi-mata-uang-asing.html
- Diakses pada tanggal 10 April 2017, pukul 21.35 wib http://akbarmuhammadakbar.blogspot.co.id/2016/04/translasi-mata-uang-asing.html
Komentar
Posting Komentar