NAMA : DEWI TRISNANINGRUM
KELAS : 3EB02
NPM :
22213305
TUGAS
1
PENGERTIAN
PENALARAN
Dikutip dari Kamus
Bahasa Indonesia Online, pengertian penalaran adalah penalaran pe.na.lar.an
[n] cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran: kepercayaan takhayul serta ~ yg tidak logis haruslah dikikis habis; (2) hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dng nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman; (3) proses mental dl mengembangkan pikiran dr beberapa fakta atau prinsip
[n] cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran: kepercayaan takhayul serta ~ yg tidak logis haruslah dikikis habis; (2) hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dng nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman; (3) proses mental dl mengembangkan pikiran dr beberapa fakta atau prinsip
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi
– proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi
(consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
CIRI-CIRI
PENALARAN
Berikut ini merupakan ciri-ciri
penalaran :
- Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
- Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
Secara
detail penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
- Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
- Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
PRINSIP-PRINSIP PENALARAN
Prinsip
dasar penalaran hanya ada tiga prinsip, yang mengemukakan pertama kali adalah
Aristoteles, yaitu sebagai berikut:
- Prinsip identitas
Prinsip ini dalam istilah latin
ialah principium indentitas. prinsip identitas berbunyi: ’’sesuatu hal
adalah sama dengan halnya sendiri’’. Dengan kata lain, “sesuatu yang disebut p
maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain”.
- Prinsip kontradiksi (principium contradictionis)
Prinsip kontradiksi berbunyi: “sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal itu dan bukan
hal hal itu pada waktu yang bersamaan”, atau “sesuatu pernyataan tidak mungkin
mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama”. Dengan kata lain,
“sesuatu tidaklah mungkin secara bersamaan merupakan p dan non p”.
- Prinsip eksklusi (principium exclusi tertii)
Prinsip eksklusi tertii, yakni
prinsip penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak adanya kemungkinan ketiga.
Prinsip
ekslusi tertii berbunyi “sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau
bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan
tengah. Dengan kata lain, “sesuatu x mestilah p atau non p tidak ada
kemungkinan ketiga”. Arti dari prinsip ini ialah bahwa dua sifat yang
berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu
benda, mestilah hanya salah satu yang dapat dimilikinya.
Disamping
ketiga prinsip yang dikemukakan Aristoteles diatas, seorang filusuf Jerman
Leibniz menambah satu prinsip yang merupakan pelengkap atau tambahan bagi
prinsip identitas, yaitu prinsip cukup alasan (principium rationis
sufficientis), yang berbunyi. “suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu
hal tertentu haruslah berdasarkan alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba
berubah tanpa sebab-sebab yang mencukupi”. Dengan kata lain, “adanya sesuatu
itu mestilah mempunyai alasan yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada
keadaan sesuatu”.
METODE
PENALARAN
1.
Metode Induktif
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan yang
bersifat umum. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari
sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.
Contoh generalisasi 1:
Bukti 1 : logam 1 apabila dipanaskan
akan memuai
Bukti 2 : logam 2 apabila dipanaskan
akan memuai
Bukti 3 : logam 3 apabila dipanaskan
akan memuai
Kesimpulan: Semua logam apabila
dipanaskan akan memuai.
Contoh generalisasi 2 :
·
Jika ada udara, manusia akan hidup.
·
Jika ada udara, hewan akan hidup.
·
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Kesimpulan : Jika ada udara mahkluk
hidup akan hidup.
Contoh
paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menyukai tari-tarian dari barat
seperti Breakdance, Shuffle, Salsa (dan Kripton), modern dance dan lain sebagainya.
Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun
reff tarian dan kesenian tradisional
mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya
luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan
budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.
2. Metode deduktif
Metode
berpikir deduktif adalah suatu metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Hal ini adalah suatu sistem
penyusunan fakta yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan
yang logis. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan
yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
1. Dasar pemikiran utama (premis
mayor)
2. Dasar pemikiran kedua (premis
minor)
3. Kesimpulan
Contoh 1:
Premis
mayor : Semua siswa SMA kelas X wajib
mengikuti pelajaran Sosiologi.
Premis
minor : Bob adalah siswa kelas X
SMA
Kesimpulan : Bob wajib mengikuti jam pelajaran Sosiologi
Contoh 2: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum)
dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
3.
Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)
Metode
berpikir pendekatan ilmiah adalah penalaran
yang menggabungkan cara berpikir deduktif dengan cara berpikir induktif.
Dalam pendekatan ilmiah, penalaran disertai dengan suatu hipotesis.
Misalkan,
seorang siswa yang apabila sebelum berangkat sekolah telah sarapan terlebih
dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan kelaparan hingga jam pelajaran
berakhir. Secara deduktif,
akan disimpulkan bahwa setiap anak yang makan banyak tidak akan cepat lapar.
Untuk menjawab kasus seperti ini, kita ajukan pertanyaan “mengapa seorang siswa
cepat lapar?”
Untuk itu, kita ajukan hipotesis bahwa siswa
akan cepat lapar jika makanan yang dimakan kurang memenuhi standar gizi dan
energi yang dihasilkan oleh makanan tersebut sedikit. Kemudian secara induktif kita uji
untuk mengetahui apakah hasil pengujian mendukung atau tidak mendukung
hipotesis yang diajukan tersebut.
KARANGAN ILMIAH DAN NON ILMIAH
Karangan
ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan
diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan
karya ilmiah
- Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
- Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
- Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
- Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
- Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi
penulis adalah berikut:
- Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
- Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
- Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
- Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
- Memperoleh kepuasan intelektual;
- Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
- Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
CIRI KARANGAN ILMIAH
Tidak
semua karya yang ditulis secara sistematis dan berdasarkan fakta di lapangan
adalah sebuah karya ilmiah sebab karya ilmiah mempunyai ciri-ciri seperti
berikut ini:
1.
Objektif. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap
pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek
(memverifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
2.
Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian
bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun
kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak,
membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
3.
Sistematis. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila
mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi,
kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bisa
mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
4.
Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar
induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data
digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori
atau hipotesis digunakan pola deduktif.
5.
Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau
simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena
itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang
berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti
orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar)
hendaknya dihindarkan.
6.
Tidak Pleonastis Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias
hemat kata-katanya atau tidak berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran).
7.
Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.
Syarat
Karya Ilmiah
Berikut ini adalah
syarat-syarat karya ilmiah :
-Karya tulis ilmiah memuat gagasan
ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
-Keindahan karya tulis ilmiah
terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
-Alur pikir dituangkan dalam
sistematika dan notasi.
-Karya tulis ilmiah terdiri dari
unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir
yang teratur.
-Karya tulis ilmiah harus mampu
mengekspresikan asas-asas yang terkandungdalam hakikat ilmu dengan mengindahkan
kaidah-kaidah kebahasaan.
-Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian
narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi
(alasan).
Jenis Karya Ilmiah
Pada
prinsipnya semua karya ilmiah yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Dalam hal
ini yang membedakan hanyalah materi, susunan , tujuan serta panjang pendeknya
karya tulis ilmiah tersebut,. Secara garis besar, karya ilmiah di
klasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah
pendidikan dan karya ilmiah penelitian.
1.
Karya Ilmiah Pendidikan Karya ilmiah pendidikan digunakan tugas untuk meresume
pelajaran, serta sebagai persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan.
Karya ilmiah pendidikan terdiri dari:
a.
Paper (Karya Tulis).
Paper
atau lebih populer dengan sebutan karya tulis, adalah karya ilmiah berisi ringkasan
atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah
yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya. Tujuan pembuatan paper ini
adalah melatih mahasiswa untuk mengambil intisari dari mata kuliah atau ceramah
yang diajarkan oleh dosen, penulisan paper ini agak di perdalam dengan beberapa
sebab antara lain, Bab I Pendahuluan , Bab II Pemaparan Data, Bab III
Pembahasan atau Analisisdan Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.
b.
Pra Skripsi
Pra
Skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan
mendapatk
gelar sarjana muda. Karya ilmiah ini
disyaratkan bagi mahasiswa pada jenjang akademik atau setingkat diploma 3 (
D-3). Format tulisannya terdiri dari Bab I Pendahuluan (latar belakang
pemikiran, permasalahan, tujuan penelitian atau manfaat penelitian dan metode
penelitian). Bab II gambaran umum (menceritakan keadaan di lokasi penelitian
yang dikaitkan dengan permasalahan penelitian), Bab III deskripsi data
(memaparkan data yang diperoleh dari lokasi penelitian). Bab IV analisis
(pembahasan data untuk menjawab masalah penelitian). Bab V penutup (kesimpulan
penelitian dan saran)
c.
Skripsi
Skripsi
adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan
pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan
fakta- fakta empiris-objektif baik berdasarkan peneliian langsung (observasi
lapangan ) maupun penelitian tidak langsung (study kepustakaan)skripsi
ditulis sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana S1. Pembahasan dalam skripsi
harus dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah yaitu logis dan emperis.
d.
Thesis
Thesis
adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dari pada skripsi,
thesis merupakan syarat untuk mendapatkan gelar magister (S-2). Penulisan
thesis bertujuan mensinthesikan ilmu yng diperoleh dari perguruan tinggi guna
mempeluas khazanah ilmu yang telah didapatkan dari bangku kuliah master,
khazanah ini terutama berupa temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian
secara mendalam tentang suatu hal yangmenjadi tema thesis tersebut.
e.
Disertasi
Disertasi
adalah suatu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta akurat dengan analisis
terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari
sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji pada sutu perguruan
tinggi, desertasi berisi tentang hasil penemuan- penemuan penulis dengan
menggunakan penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu hal yang dijadikan
tema dari desertasi tersebut, penemuan tersebut bersifat orisinil dari penulis
sendiri, penulis desertasi berhak menyandang gelar Doktor.
KARYA NON-ILMIAH
Karya non-ilmiah adalah
karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan
biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak
terlalu formal).
Karya non ilmiah mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
·
Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
·
Fakta yang disimpulkan subyektif,
·
Gaya bahasa konotatif dan populer,
·
Tidak memuat hipotesis,
·
Penyajian dibarengi dengan sejarah,
·
Bersifat imajinatif,
·
Situasi didramatisir,
·
Bersifat persuasif.
·
Tanpa dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk karya
non-ilmiah adalah :
-Dongeng
-Cerpen,
-Novel,
-Drama
-Roman.
PERBEDAAN KARYA ILMIAH DAN NON ILMIAH
Istilah
karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui
orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga
sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya,
kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud
dapat dicermati dari beberapa aspek.
Pertama,
karya ilmiah harus merupakan
pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah
adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus
dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.
Kedua
, karya ilmiah bersifat
metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau
cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui
proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
Ketiga
, dalam pembahasannya, tulisan
ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan
menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang
dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian. Karya
nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung fakta umum.
Karangan
nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat
subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer,
walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.
Karya
nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak
sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif:
penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca,
mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif:
pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik
adakalanya tanpa dukungan bukti.Karya nonilmiah bersifat, antara lain :
1.
Emotif : merupakan kemewahan dan
cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit
informasi
2.
Persuasif : merupakan penilaian
fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap
cara berfikir pembaca dan cukup informative
3.
Deskriptif : merupakan pendapat
pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan
4.
Jika kritik adakalanya tanpa
dukungan bukti.
CONTOH GAGASAN ILMIAH DI BIDANG
KESEHATAN
GAGASAN
Fenomena Anak
Autistik di Indonesia dan Pemahaman Orangtua
Orangtua anak-anak penderita autistik berbeda-beda, ada orangtua yang
kurang memperhatikan kebutuhan anaknya secara mendetail, adapula orangtua yang
memenuhi kebutuhan anaknya seperti makanan yang harus benar-benar dijaga, pola
pengasuhan yang diterapkan , termasuk kebutuhan untuk terapi. Selain faktor
perhatian, faktor ekonomi juga sangat berpengaruh. Terapi untuk anak autistik
seperti terapi lumba-lumba atau terapi wicara tidaklah murah. Kesenjangan
ekonomi di Indonesia membuat orangtua anak-anak penderita autistik tidak
melanjutkan terapi yang dilakukan. Namun, ada pula orangtua yang sangat
memperhatikan anaknya, hingga melakukan terapi ke luar negeri. Hal inilah yang
menjadi sorotan kami. Penanggulangan anak autistik juga bisa dilakukan di
negeri sendiri salah satunya dengan terapi makanan.
Penanganan
Kondisi Anak Autistik
Selain gangguan pencernaan, mayoritas anak autistik menderita intoleransi
makanan, yang menyebabkan anak hanya mengonsumsi makanan yang sama setiap
harinya, sehingga nutrisi yang terpenuhi pun sangat kurang, salah satunya
adalah defisiensi vitamin B6 dan B15. Untuk itu, perlu adanya suplemen vitamin
terutama vitamin B6 dan B15 untuk anak autistik guna mengembangkan kemampuan
berkomunikasinya.
Namun dalam proses pembuatan makanan dan minuman juga
perlu memperhatikan faktor-faktor yang lain. Anak autistik cenderung selektif
dalam memilih makanan, sehingga sering memakan makanan yang sama karena anak
menyukainya. Untuk itu, makanan dan minuman yang diproduksi sebaiknya memiliki
varian rasa yang banyak dan cocok dengan selera anak-anak sehingga anak
tersebut tertarik untuk mengonsumsinya. Sebagai contoh, banyak anak yang
menyukai buah-buahan sehingga varian rasa yang kita ambil adalah rasa
buah-buahan yang bermacam-macam sesuai selera anak.
Pihak-Pihak
yang dapat membantu
Dalam
permasalahan ini, pihak yang bisa berkontribusi besar adalah sebagai berikut.
1. Peneliti yang bertugas menganalisa cara pembuatan makanan
dan minuman berbahan dasar bekatul tanpa merusak atau mengahncurkan kandungan
gizi yang dibutuhkan bagi anak autis.
2. Perusahaan pembuat makanan yang memproduksi secara massal
makanan dan minuman berdasarkan hasil penelitiann.
3. Instansi pemerintah yaitu BPOM (Badan pengawas Obat dan
Makanan), MUI (Majelis Ulama Indonesia), dan Departemen Kesehatan sebagai
penguji produk makanan dan minuman lebih lanjut dan mengeluarkan surat
perizinan produksi, sertifikasi halal, dan perizinan pemasaran.
4. Orangtua anak autistik yang menggunakan produk makanan
dan minuman berbahan dasar bekatul agar kebutuhan nutrisi anaknya tercukupi.
5. Universitas Pendidikan Indonesia yang mencetak tenaga
pendidik selayaknya memberi pembekalan tentang kebutuhan anak autistik yang
telah disebutkan kepada peserta didik agar pemahaman mengenai anak autistik
dapat merata ke setiap generasi.
Langkah-Langkah
Dalam Mewujudkan Terciptanya Produk Makanan Berbahan Dasar Bekatul
a.
Meneliti
makanan dan minuman yang bisa diproduksi dengan bahan dasar bekatul beras tanpa
merusak kandungan vitamin di dalamnya.
b. Mengajukan sampel ke berbagai instansi pemerintah seperti
BPOM (Badan pengawas Obat dan Makanan), MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan
Departemen kesehatan guna mendapat izin produksi, ssertifikasi halal, dan izin
pemasaran secara luas di masyarakat.
c. Memproduksi secara massal produk makanan dan minuman
tersebut kemudian memasarkannya dengan harga terjangkau terutama bagi
masyarakat menengah ke bawah
d.
Mensosialisasikan
produk makanan dan minuman ini kepada orangtua anak autistik.
SUMBER :
Saya Ibu Queen Daniel, A pemberi pinjaman uang, saya meminjamkan uang kepada indaividu atau perusahaan yang ingin mendirikan sebuah bisnis yang menguntungkan, yang menjadi periode utang lama dan ingin membayar. Kami memberikan segala jenis pinjaman Anda dapat pernah memikirkan, Kami adalah ke kedua pinjaman pribadi dan Pemerintah, dengan tingkat suku bunga kredit yang terjangkau sangat. Hubungi kami sekarang dengan alamat email panas kami: (queendanielloanfirm@gmail.com) atau (queendanielloanfirm@yahoo.com) Kebahagiaan Anda adalah perhatian kami.
BalasHapus